Gordang Sambilan Mandailing, Menutup Pameran ‘The Flying Cloth’ Hari Ketiga dengan Meriah!

Bagi masyarakat adat Batak, gondang atau gordang, adalah sebuah alat musik yang tentu tidak asing. Karena alat musik ini, bisa dibilang sakral agi masyarakat adat Batak. Uniknya, setiap daerah di Sumatera Utara, memiliki ciri khas gondangnya masing-masing.

Di hari ketiga ajang The Flying Cloth, Merdi Sihombing secara khusus menghadirkan pemusik gondang yang berasal dari daerah selatan Sumatera Utara, tepatnya dari tanah Mandailing.

“Saya sengaja menghadirkan gondang atau gordang kalau dalam bahasa Mandailing ke pergelaran ini, karena saya dulu pernah tinggal di daerah Pakantan, Mandailing Natal, bersama dengan penduduk-penduduk di sana. Dan Gordang Sambilan Mandailing ini adalah budaya perkusi terbesar di dunia dan sudah diakui sebagai cagar budaya asli Indonesia oleh UNESCO,” ujarnya

Ia menambahkan, “Saya juga ingin menjadikan momen ini sebagai pintu masuk bagi kita semua untuk mengembalikan kerajinan leluhur kita yaitu patchwork, yang dulu sering digunakan oleh pendeta-pendeta di Mandailing,” kata Merdi saat membuka penampilan Gordang Sambilan Mandailing.

Gondang adalah alat musik perkusi tradisional yang berasal dari Tanah Batak. Gondang, dibuat dengan bahan kayu yang dilapisi kulit kerbau atau kulit sapi. Hingga kini, gondang adalah salah satu alat musik asal Tanah Batak yang dikenal sakral bagi masyarakat adat.

Karena dulu, alat musik ini hanya bisa dipakai untuk acara-acara yang sifatnya formal. Seperti upacara adat. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman dan budaya, gondang kini bisa digunakan untuk acara-acara lain, seperti pernikahan, momen penyambutan, sampai perayaan hari-hari besar.

Di saat yang bersamaan, turut hadir juga Wakil Ketua Umum IKANAS (Ikatan Keluarga Nasution) yakni M. Fakhri Nasution. Fakhri yang merupakan wakil ketua sekaligus pengurus dari tim Gordang Sambilan Mandailing, menyempatkan diri untuk berbincang dan bercerita lebih lanjut soal budaya musik asal Tanah Batak ini.

Fakhri awalnya bercerita soal lagu-lagu yang dibawakan oleh para pemain Gordang Sambilan, karena di semua lagu, nama Merdi Sihombing berkali-kali disebut. Menurut penuturan Fakhri, lagu-lagu yang dibawakan oleh pemain Gordang Sambilan sudah dimodifikasi untuk menunjukkan rasa bangga atas pencapaian seorang Merdi Sihombing selama 25 tahun berkarya.

Bagi Fakhri, Merdi Sihombing adalah sosok yang cerdik. Karena beliau dengan sadar terus berupaya dan berusaha untuk melestarikan budaya dari tanah kelahirannya. Mulai dari pakaian adatnya, sampai musik seperti Gordang Sambilan Mandailing ini.

“Saya kagum sekali sama beliau. Ia sudah 25 tahun berkarya tapi masih menyimpan visi dan misi untuk terus menunjukkan budaya Batak ke masyarakat yang lebih luas bahkan sampai luar negeri. Salah satunya Gordang Sambilan Mandailing ini. Meskipun gordang ini sudah populer, tapi bang Merdi ingin mengangkat alat musik ini untuk bisa lebih terkenal lagi.”

Jadi apa perbedaan utama dari Gordang Sambilan Mandailing dengan gordang atau gondang dari Tanah Batak yang lain? “Gordang Sambilan ini hanya ada di Mandailing saja. Di Tanah Batak yang lain tidak ada, karena setiap daerah itu punya ciri khas gondang atau gordangnya masing-masing,” ujarnya

(Andiasti Ajani. Foto: dokumentasi ‘The Flying Cloth’)

Shopping Cart